Bangsa Parasit

05Dec07

Dimana-mana lagi musim demo anti malaysia. Di berita tipi atau koran sama aja beritanya. Maklum lah bangsa yang ngaku serumpun itu lagi demen nyaplok budaya milik bangsa kita tercinta, Indonesia. Ssssssssst, denger-denger konon saudara serumpun itu juga demen nyaplok pulau milik negara kita juga lo 😀

Perang di internet pun gak kalah serunya, cek saja ini, ini, atau itu. Weeeeew bikin mual plus panas telinga ajah bacanya.

Apakah saya gak ngikut tersinggung lantas ngikut misuh-misuh dan demo.? Sebagai anak bangsa (memimjam istilahnya bekas orang penting 😀 ), tentu saja saya ikut prihatin. Tetapi apalah daya, saya kan cuma orang biasa dengan kemampuan terbatas. Tidak banyak yang bisa saya lakukan. Loh bukane situ bisa ngikut demo? demo kan gampang, tinggal tereak2 di kedutaan + jangan lupa bawa air mineral ama camilan buat obat boring.

Saya terus terang bukan tipe orang yang demen ngikut demo-demoan. Saya lebih suka melakukan wacana ke dalam dulu, istilahnya ‘menereaki dan instropeksi’ diri sendiri sebelum menereaki dan ngin-stropeksi-in orang lain.

Dalam kasus Indonesia-Malaysia sebenarnya banyak hikmah yang bisa diambil, selain daripada kita ngikut misuh-misuh gak karuan. Misalnya dalam kasus, pencaplokan beberapa budaya Indonesia yang di klaim milik Malaysia. Bukankah dengan kasus tersebut kita bisa lebih hati-hati dalam melindungi hak dan kekayaan adat budaya kita. Lakukan pendataan seluruh aset adat, budaya milik bangsa kita, daftarkan di Hak Cipta. Jangan lupa daptarkan pula seluruh pulau, laut, nusa dan lain-lain, agar keutuhan bangsa kita terjaga.

Tapi seperti biasa, bangsa kita selalu terlambat dalam merespon. Kalo ada kasus begini, baru dah ribut. Padahal kalo semua aset milik bangsa kita sudah di daftarin, kita gak perlu susah2 demo-demo-an. Kita tinggal tunjukan surat + nomer Hak Cipta/Kepemilikan kita. Pasti kalo ada bangsa yang mau ngaku-ngaku pasti akan maluw :”>

Lalu, kasus berikutnya perendahan martabat kita di mata Malaysia yang menganggap para pekerja TKI kita sebagai bangsa budak. Ow ow , ini masalah perut bung. Pemerintah kita gak bisa bicara banyak tentang hal ini. Apalagi saya heueheu. Kalo sudah urusan perut, kerja di negeri penjajah pun akan tetap di lakoni. Lah, kan mereka bisa kerja di dalam negeri sendiri? gak gengsi? gak takut dikatain gak nasionalis atau penghianat bangsa?

Gengsi?Nasionalis?Penghianat bangsa? non sense. Sejahterakan dan makmurkan rakyat-mu dulu baru tereak-tereak macam begitu. Kalo rakyat sudah makmur dan sejahtera, pasti rakyat tak akan cape-cape kerja di luar negeri. Tak akan ada lagi bangsa yang ngatain bangsa kita bangsa budak. Tapi ya itu tadi, mengais dinar kuwait, riyal arab atau ringgit malaysia lebih mudah daripada mengais rupiah di negeri sendiri.

Ah, kamu gak nasionalis. Sok-sokan pake ngebela musuh segala.

La situ mau bukti? kalo urusan perut itu kagak ada hubungannya sama nasionalis-nasionalisan segala?. Foto di bawah ini saya ambil tadi pagi. Di tengah rame-ramenya demo tentang klaim reog Ponorogo oleh Malaysia. Warung soto ini launching kira-kira 2 atau 4 hari yang lalu. Si pemilik warung sepertinya tidak tau atau tidak mau tahu tentang hubungan yang memanas antara RI dengan Malaysia. Dia malah dengan bangganya mempromosikan bangsa parasit itu, ke khalayak.

Apakah dia penghianat? apakah dia gak nasionalis? Yakinlah, semua ego itu luruh demi sesuap nasi.

malingsia

*Tulisan ini saya tulis akhir bulan November



16 Responses to “Bangsa Parasit”

  1. iya nie kalo baca2 link yang di kasih di atas, jadi agar miris.
    makin gawat aja nie.

  2. Berita terakhir malah katanya batik juga dianggap Malaysia bangeeet…

  3. eh kang,…. itu soto di daerah mana ?
    kok pede banget sehh . ..
    kapan2 kita cobain yukkkkkkkk

  4. @puput
    sante aja jeng 😀

    @praditya
    sekali parasit tetep parasit bro 😀

    @pangsit
    woke, kapan2 kita beli d sono kalo belum tutup

  5. Sippp analisa yang sangat baik dari saudara detnot.

    Jujur saya juga bekerja di Mly. Tapi kami yang bekerja di luar negeri ini bukannya tidak mencintai bangsa, bukannya tidak nasionalis. Tapi kami (para pekerja) sangat bersyukur kepada Allah karena telah diberikan pekerjaan dimanapun itu. Lokasi bukanlah masalah, yang penting halal dan sejahtera.

    Malahan kami juga banyak membantu bangsa Indonesia, mulai dari menunjukkan dedikasi yang tinggi sebagai pekerja profesional sehingga nama baik bangsa juga ikut naik (karena mereka akan melihat “Ohh.. rakyat Indonesia memang rajin, sopan, dan pekerja keras”). Menyumbang devisa, memperkenalkan Indonesia dll. Apa yang kami lakukan malahan jauh lebih bearti daripada orang yang berteriak2 “weeii ga nasionalis lo”.. sedangkan dia sendiri pengangguran dan tukang demo yang anarkis.

    Untuk kasus pencaplokan budaya, marilah kita jaga budaya kita. Semoga pemerintah kita mendata dan memperhatikan segala aspek budaya, seni, olahraga, dan kesejahteraan rakyatnya. Amin.

    Terima kasih atas tulisanmu detnot.

  6. @aditya
    eike jadi maluw…..
    btw trims dah atas komentnya…lam kenal 😀

  7. miris juga bacanya.
    kalo yang aku heran sekarang2 ini sepertinya semangat cinta tanah aer lagi muncul2 na. lagi hot2na, bahkan anak2 sd juga makin gencar diajarin kesenian negeri sendiri. lah dulu2 kemana aja ya bangsa kita ini, kemaren2 kek malu kalo mempertunjukkan kesenian daerah katanya kesannya kampungan, tapi sekarang mendadak semua orang cinta tanah air. hhh kalo dah gini aja baru deh semangat nasionalisme kita semua muncul. (ini termasuk bagian dari introspeksi diri sendiri) hehe 😀

  8. 8 detnot

    @ika
    itu sisi positifnya mungkin jeng, jadi semua orang merasa ber-nasionalisme ria 😀

  9. 9 unie

    hhhmmmm..satu lagi PeEr bwt bangsa kita, terutama bwt bapak2 yang duduk disono yang ngurusin soal beginian..cepet selesein..ambil hikmahnya aja lah, jadi pelajaran..masa sih udah pernah jatuh trus jatuh lagi dilubang yang sama..ga lucu kan..

  10. 10 detnot

    @yuni
    halow hanih….pa kabar? udah lama gk nongol 😀

    bedewei lubang apaan nih yang engkau maksud :-“

  11. malaysia itu di mana seh jeng?

  12. 12 detnot

    @starboard
    waaaalaaaaah sayah juga baru nyari-nyari di peta nih…tapi gak ketemu2
    adanya cuma negara malingasiya 😀

  13. hajar bleh!!!

  14. @jiban
    siyap kang 😀

  15. 15 Rismawati

    malingsia?

    …ntar liat peta…
    lha mana seh? 😮 emang ada? saya nyari indonesia juga ndak ada… 😮
    emang dimana seh?

    …liat judul peta…
    ya dasar dudul peta yg saya liat peta jaman mojopahit 😀
    pantesan semua tulisannya “noeswantara dikoewasai arek2 trowulan” lha? 😀

    *tendang-tendang malingsia, ndisik koen iku cecunguk’e arek2 trowulan katene macem-macem 😛 tak tunjek pisan peno :P”*

  16. 16 detnot

    @rismawati
    sampe sgitunya jeng ? 😀

    btw, mari kita kembalikan kembali pada masa2 kejayaan Mojopait :-“


Leave a reply to Rismawati Cancel reply